Menu

Mode Gelap
Sukseskan Muktamar XX, Kader IMM Sumbar Siap Gebrak Palembang Audiensi HW ke UM Sumbar: Sinergi Musywil dan Milad ke-105 Aisyiyah Rekomendasikan Perbaikan Pemilu, Simak di Sini Tim MenaraMu Laporkan Pengembangan Media di Pleno PWM Pilkada Halal dan Bermartabat

Kolom Ketua · 4 Jul 2023 14:50 WIB ·

Gulungan Otak dan Catatan Amal


 Irwandi Nashir. (Dok.IST) Perbesar

Irwandi Nashir. (Dok.IST)

Oleh: Irwandi Nashir (Ketua PDM Payakumbuh dan Redaktur Pwmsumbar.or.id)

OTAK merupakan pusat kontrol seluruh aktivitas manusia. Al-Qur’an dengan teliti membicarakan tentang otak manusia, khususnya organ ini sebagai bagian terbesar dari komponen otak manusia. Pada kulit otak terdapat wilayah kerja dengan beragam fungsi, di antaranya untuk untuk seluruh gerakan tubuh, menafsirkan rangsangan dari luar dan menanggapinya.

Rangsangan yang ditafsirkan organ ini dapat bersumber dari penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penyentuhan. Singkatnya, organ inilah yang berfungsi mengontrol pendengaran, penglihatan, dan pembicaraan. Pada kulit otak juga terdapat pusat kepribadian dan intelektual tertinggi manusia.

Gulungan Terbentang

Luas permukaan kulit otak manusia adalah 2.352 sentimeter per segi dan berada dalam batok kepala dengan volume paling besar 2000 cc. Ternyata kulit otak itu tidak dibentangkan layaknya seperti kertas koran, tapi digulung sedemikan rupa hingga menempati ruang untuk menutup bagian dalam dari otak tersebut. Gulungan di dalam batok kepala kita itulah yang merekam, mencatat, dan mengendalikan tubuh manusia.

Baca Juga:  Refleksi Milad ke-106: Gerakan Aisyiyah Mewujudkan Perempuan Tangguh

Fenomena gulungan kulit otak ini bisa jadi isyarat dari-Nya agar kita yakin dengan rekaman dan pencatatan perbuatan manusia selama di dunia akan diungkap kembali di akhirat. Bahkan, catatan amal yang akan dipertanggungjawabkan manusia kelak di akhirat juga dalam bentuk gulungan. Allah Ta’ala mewahyukan; Dan tiap-tiap manusia telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka (QS.17, al-Isra’:13).

Abdullah Yusuf Ali menafsirkan penggalan ayat, “kitaaban yalqahu mansyura (sebuah kitab yang dijumpainya terbuka)”dalam ayat di atas dengan makna sebuah gulungan yang terbentang. Selama hidup di dunia ini sesungguhnya telah ada kitab dalam bentuk gulungan yang ada di kepala manusia.

Gulungan itu adalah kulit otak yang merekam dan mencatat semua perbuatan yang dilakukan oleh organ tubuh manusia, tanpa kecuali.
Tak hanya kitab catatan perbuatan manusia yang dibentangkan, organ-organ tubuh manusia juga berbicara bebas (QS.36, Yaasiin:65). Tangan dan kaki bicara untuk mempertanggungjawabkan perbuatan manusia yang menggunakannya selama hidup di dunia.

Baca Juga:  Menakar Kemampuan Berkurban

Di dunia, terdapat bukti jika apa yang dilakukan tangan dan kaki semuanya dikontrol oleh otak. Di kulit otak yang berbentuk gulungan itu terdapat bagian yang mengontrol seluruh gerak tubuh manusia yang disebut wilayah motorik.

Bukan sekedar mengontrol, otak juga merekam apa yang pernah dilakukan oleh tangan dan kaki. Seseorang yang sebelumnya mampu mengendari sepeda motor, lalu beberapa tahun berhenti dan mencoba kembali ternyata tetap bisa mengendarainya. Artinya, data amal atau perbuatan yang telah lakukan dicatat oleh otak. Semestinya kita beriman bahwa apa yang termaktub dalam gulungan buku amal manusia yang dibentangkan di akhirat nanti akan sama dengan pengakuan tangan dan kaki.

Alam dunia dan alam akhirat jelas berbeda. Bahkan, tak sedikit manusia yang mengingkari akan adanya hari berbangkit (QS.45,al-Jatsiyah: 24; QS.46,al-Ahqaf:17). Menghubungkan fakta antara gulungan kulit otak dan tafsir catatan amal manusia dalam bentuk gulungan yang dibentangkan di hadapan manusia kelak dapat mengokohkan keimanan kita akan peristiwa dahsyat pada hari berbangkit itu.

Baca Juga:  Kemiskinan dan Bangunan Sosial yang Rapuh

Tak hanya itu. Dalam al-Qur’an disebutkan jika kelak para pendusta dan mereka yang berdosa akan ditarik nashiyah atau ubun-ubunnya (QS.96, al-‘Alaq:15-16). Sebutan ubun-ubun memiliki isyarat ilmiah. Bagian otak yang ditutupi oleh ubun-ubun itu dikenal dengan komponen lobus frontalis yang berfungsi untuk berpikir dan mengingat, mengontrol perasaan manusia, mengambil keputusan, dan membedakan antara baik dan buruk.

Singkatnya, bagian depan otak ini berhubungan langsung dengan motivasi, penyusunan rencana, dan tindakan moral, seperti berbuat baik dan berdusta. Maka, orang yang berdusta dan berbuat dosa kelak ubun-ubunnya yang menutupi bagian lobus frontal akan ditarik Allah Ta’ala sebagai bentuk siksaan dan hinaan kepadanya. Wallahu a’lam bishawab. (***)

 

Artikel ini telah dibaca 168 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Mereka Mengadu ke Lazismu

14 Agustus 2023 - 14:46 WIB

Ketua PDM Kota Payakumbuh, Dr. Irwandi Nashir.

Refleksi Milad ke-106: Gerakan Aisyiyah Mewujudkan Perempuan Tangguh

8 Juli 2023 - 11:41 WIB

Bakhtiar. (Dok.Istimewa)

Merenungkan Satu Abad Muhammadiyah di Ranah Minang

4 Juli 2023 - 23:58 WIB

Yosmeri Yusuf. (Dok.Istimewa)

Penyembelihan Hewan Kurban: Antara Kepatuhan dan Saling Mempercayai

3 Juli 2023 - 13:09 WIB

Bakhtiar. (Dok.Istimewa)

Menakar Kemampuan Berkurban

2 Juli 2023 - 10:31 WIB

Muhammad Izzul Muslimin. (Muhammadya)

Membangun Kembali Media Lokal Muhammadiyah

29 Juni 2023 - 18:47 WIB

Ketua PWM Sumbar, Bakhtiar. (IST)
Trending di Kolom Ketua