MenaraMu – Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam yang memiliki peran sosial dan keagamaan yang signifikan, telah mengalami perubahan penting dalam dinamika politiknya. Berbeda dengan masa lalu, ketika Muhammadiyah cenderung menjaga jarak dari politik praktis, kini terlihat sebuah transformasi yang mencolok.
Muhammadiyah kini tidak hidup dalam ruang hampa politik. Sebaliknya, organisasi ini telah mengambil langkah-langkah konkret untuk terlibat dalam dinamika politik nasional.
Transformasi ini dapat dilihat dari pergeseran kebijakan menuju diaspora politik. Muhammadiyah tidak hanya menjadi penonton dalam pergelutan politik, melainkan juga aktif menciptakan perubahan.
Langkah menonjol lainnya, adalah perubahan dalam pendekatan terhadap partai politik. Muhammadiyah, yang sebelumnya mungkin menjaga jarak, kini memilih untuk menjaga kedekatan dengan berbagai partai politik. Keputusan ini mencerminkan upaya untuk membangun jaringan yang inklusif, menunjukkan Muhammadiyah ingin berkontribusi pada pembentukan kebijakan tanpa terikat pada satu aliran politik tertentu.
Perubahan signifikan juga terlihat dalam pengelolaan kader Muhammadiyah yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif. Sebelumnya, mungkin diperlukan keluar dari struktur organisasi, namun sekarang terlihat kebijakan yang lebih longgar. Kader tidak diwajibkan untuk keluar dari Muhammadiyah, namun cukup dengan bersikap non-aktif selama masa pencalonan.
Muhammadiyah, dengan transformasi ini, menunjukkan kematangan dalam memahami bahwa keterlibatan politik adalah sarana yang efektif untuk memperjuangkan nilai-nilai dan tujuan organisasinya. Sementara tetap memegang prinsip-prinsip keagamaan, Muhammadiyah mampu beradaptasi dengan dinamika politik untuk memberikan kontribusi positif dalam membentuk masa depan bangsa. (Penulis: Agus setiyono – Sekretaris PWM Jambi)